Tanjak/ Mahkota adalah salah satu perlengkapan Pakaianan Adat kesultanan Palembang Darussalam sekitar tahun 1850 yang dipakai oleh para bangsawan/kesultanan pada saat itu. Dengan berakhirnya Kesultanan Palembang Darussalm , Tanjak masih tetap dipakai oleh masyarakat Palembang hingga saat ini terutama dalam acara-acara Palembang.
- Sudah lebih dari satu tahun, Tanjak Palembang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kemendikbud RI, sebagai Warisan Budaya Tak benda WBTb Indonesia. Dengan Sertifikat nomor 103612/ tanggal 8 Oktober 2019 ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy. Kini Gubernur Sumatera Selatan Sumsel pun menginginkan adanya pembagunan Simbol Tanjak pada bangunan di Sumsel diawali dengan pintu gerbang griya agung, dan Jembatan Musi VI. Diharapannya akan disusul oleh bangunan-bangunan lainnya. "Tanjak/Mahkota Kain/ikat-ikat/Tengkolok adalah salah satu perlengkapan pakaian di Palembang, yang dipakai oleh para bangsawan hingga tokoh masyarakat pada saat itu," kata Dosen LB Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang sekaligus Sejarawan Sumsel Kemas AR Panji, Rabu 10/2/2021. Kemas AR Panji Istimewa Lebih lanjut ia mengatakan, bahkan setelah dihapuskannya Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1823 oleh kolonial belanda, Tanjak masih tetap eksis dan dipakai oleh masyarakat Palembang dan Sumsel sebagai simbol budaya bahkan hingga sampe saat ini terutama dalam acara-acara penting dan adat. " Tanjak dibuat dari kain persegi empat yang dilipat sedemikian rupa hingga membentuk Tanjak/Mahkota Kain/ikat-ikat/Tengkolok," kata Kemas AR Panji yang juga Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Menurutnya, motif kain tanjak yang banyak dipakai bahan songket, prado, dan batik dengan beberapa motif khas Palembang yakni Kerak Mutung, Pucuk Rebung, Setanggi Cempako Lumut, dan Setanggi Cempako Berante. Dalam perkembangannya motif batik gribik, dan jufri juga dipakai untuk pembuatan tanjak serta motif-motif lainnya. Baca juga Bangunan di Sumsel Nantinya Akan Ada Ciri Khas Bentuk Tanjak Menurut catatan sejarah yang telah dicatat di Website disebutkan sesuai dengan perkembangan pada masa itu, tanjak terdiri dari tiga macam yaitu 1. Tanjak Meler yang terbuat dari kain tenun Palembang diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1870. 2. Tanjak Kepundang Kepodang yang terbuat dari kain tenun Palembang sekitar tahun 1900. 3. Tanjak Bela Mumbang yaitu Tanjak khusus untuk penutup kepala para pangeran/pejabat2 tertentu. "Dalam wawancara saya dengan salah satu Pelestari Tanjak Palembang bernama Herolint Tiang Alam Azhary, mengatakan bahwa ada lebih dari tiga macam tanjak diantaranya Tanjak Kepodang/Kepundang, Meler, Belah Mumbang, Rantau Ayau, dan Tengkolok," kata Kemas AR Panji. Menurutnya, khusus untuk tengkolok itu diapakai oleh Lanang dan Betino Tengkolok laki-laki dan Tengkolok Wanita, tapi kini sudah jarang yang memakai tengkolok. "Berdasarkan cerita Herolint, tanjak sudah ada sejak masa Kesultanan Palembang berkuasa dan dipakai oleh para priyai/pembesar/bangsawan/tokoh masyarakat pada masa itu," katanya. Sebagai pembuktiannya dapat dilihat dalam beberapa sketsa atau lukisan lama diantaranya sketsa/lukisan Perang Palembang 1819-1821, Peristiwa 4 Syawal/Pengasingan SMB II 3 Juli 1821, Perang Jati Lahat tahun 1840an, Perang Gunung Merakso Lintang tahun 1845, Perang Mutir Alam Besemah tahun 1860, dan bukti-bukti lainnya. Semeny itu definisi, bahan, dan filosofi Tanjak Palembang yaitu Tanjak/Mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok, merupakan sebuah ikat kepala yang terbuat dari kain yang kemudian dianggap menjadi ciri khas dari bangsa melayu atau ciri khas dari pemakainya dan asal daerahnya. Dengan tanjak orang mengenal berasal dari mana si pemakai tanjak. Tanjak dibuat dari kain persegi empat dengan ukuran kurang lebih 1m x 1m yang dilipat sedemikian rupa hingga membentuk Tanjak/mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok. Dalam penelusuran beberapa situs-situs, blog, dan beberapa buku serta keterangan sejumlah tokoh dan pembuat tanjak. Terdata bahwa bahan yang digunakan untuk Tanjak Palembang terbuat dari kain songket, angkinan, prado, dan batik. Namun, sayangnya saat ini masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan, hanya tahu bahwa Tanjak Palembang terbuat dari kain songket saja. Padahal tanpa disadari oleh mereka tanjak juga ada yang terbuat dari angkinan, prado, dan kain batik dengan motif-motif Palembang Batik Motif Palembang. Dari beberapa sumber bahwa tanjak yang terbuat dari kain songket dahulunya hanya dipakai oleh para Priyai atau pangeran atau bangsawan yang mempunyai jabatan tertentu. Karena jika dilihat dari segi bahannya, tanjak songket ini berbahan baku “mahal/mewah dari tenun benang emas harganya sangat tinggi/mahal Kemudain tanjak batik biasanya dipakai oleh para bangsawan dan masyarakat umum untuk berbagai kegiatan. Adapun yang membedakan kedua tanjak ini yaitu bahannya saja, sedangkan seni lipat lipatannya sama saja yaitu Tanjak Kepodang/Kepundang, Tanjak Meler, Tanjak Bela Mumbang, Rantau Ayau, serta Tengkolok Lanang dan Tengkolok Betino. Dalam perspektif filosofinya, tanjak berasal dari bahasa Melayu Palembang, yaitu Tanjak = Nanjak = Naik/Menjulang ke tempat yang Tinggi. Itulah sebabnya bentuk tanjak itu menjulang tinggi atau meninggi ujungnya yang dilambangkan/diwakili oleh bentuk segitiga. "Sebagai kesimpulan kata tanjak bukan singkatan dari kata tanah yang dipijak, akan tetapi menunjukan sesuatu yang ditinggikan bukan direndahkan, dan di dalam tubuh manusia kepala adalah tempat tertinggi dan dimuliakan," katanya. Sehingga sudah seharusnya Patut kain Tanjak/mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok diletakkan di atas kepala. Sedangkan ikatan simpul yang berada pada tanjak melambangkan tentang persatuan/ikatan, ada juga yang mengartikan sebaga ikatan pernikahan/kekeluargaan. Simpul terbagi menjadi dua bagian simpul kiri dan kanan. Sebagai penanda ikatan pernikahan/kekeluargaan ataupun persaudaraan. Dari ikatan pernikahan inilah terjalinnya simpul persaudaraan/kekeluargaan dan menandakan asal usul dari mana dia berasal, tanjak menunjukkan ciri khas daerah asal si pemakai. Menurut budayawan Sumsel, Vebri Al Lintani yang mengatakan bahwa Tanjak Tidak bermakna atau berasal dari singkatan kata Tan-jak = tanah yang dipijak. Menurutnya ini suatu hal yang keliru, mungkin kebetulan saja kalo kata tanjak pacak bisa disingkat tanah dipijak. ungkapnya Dalam kamu Besar Bahasa Indonesia kata tanjak berati menganjur ke atas tentang jalan, destar, layar, dan sebagainya". Secara filosofi dapat berarti menuju pada yang esa. Tanjak tempatnya di kepala sebagai mahkota yang terhubung dengan Tuhan Yang Esa, Ujung Lancip dari Bentuk segitiga pada menunjuk kearah atas. Dalam budaya dan peradaban melayu dan Palembang secara khusus bahwa Tanjak mempunyai beberapa syarat wong Palembang menyebutnyo ado Pakem-nyo. Pertama, harus terbuat dari bahan kain Songket, Angkinan, Prado, dan Batik, Kedua, berasal dari kain persegi empat Kain khusus tanjak, yang di lipat menjadi kain segitiga kemudian dilipat, hingga terbentuk tanjak dan diikat dengan simpul. Ketiga, tanjak juga memiliki Tapak pada lipatannya, dan biasanya disusun bertingkat hal ini disebut dengan istilah Palembang Grendet. Keempat bagian yang paling penting dalam tanjak adalah harus memiliki Simpul, simpul terbagi menjadi dua yakni simpul kanan dan simpul kiri. Kelima, pada kain tanjak umumnya terdapat Karang/Lis/Bingkai sebagai acuan untuk membentuk lipatannya Seni Melipat. Baca juga Tokoh Budaya Palembang Bagikan Tips Cara Membuat Tanjak
Tidakmenyerupai pakaian laki-laki atau perempuan.6. Tidak menyerupai pakaian pendeta.7. Tidak memakai sepatu sambil berdiri.Tentunya, adab berpakaian dalam Islam ini juga harus memperhatikan batas aurat. Aurat laki-laki yang wajib ditutupi adalah anggota tubuh antara pusar hingga lutut.
Baru-baru ni, kita baru je menyambut Hari Malaysia yang ke-56 tahun di mana Hari Malaysia merupakan sambutan yang diadakan sebagai salah satu cara untuk memperingati penggabungan Tanah Melayu, Singapura, Sabah dan Sarawak bagi membentuk negara kita, Malaysia. Penggabungan Malaysia yang berlaku pada 16 September 1963 terbukti dapat menyatupadukan semua masyarakat Malaysia daripada Semenanjung sehinggalah ke Malaysia Timur. Tarikh 16 September ni sangat signifikan bagi semua masyarakat Malaysia sebab ia merupakan sebuah kejayaan kepada Malaysia dengan penggabungan wilayah lain. Dengan kejayaan pembentukan negara ni, banyak faedah yang berjaya dinikmati semua masyarakat sama ada di semenanjung mahupun kat Malaysia Timur terutamanya dalam aspek pembangunan. Ada kempen Hari Tanah Melayu Kembali Bertanjak’? Sempena dengan sambutan Hari Malaysia yang ke-56 untuk tahun ni, korang tahu tak ada satu kempen dan himpunan yang dijalankan pada hari yang sama? Kempen tersebut dinamakan sebagai Hari Tanah Melayu Kembali Bertanjak yang dianjurkan khas untuk memartabatkan budaya pemakaian tradisional Melayu. Haiyakkk. Ada gaya pendekar Melayu tak diorang ni? Imej dari Sinar Harian Pengasas kempen tu digerakkan oleh Nur Ahmad Faiz Mohd Adni yang merupakan seorang aktivis dan pengusaha pakaian tradisional tanjak dan t-shirt. Dan perhimpunan tu pulak dianjurkan oleh badan NGO daripada Gerakan Rakyat Kebangsaan Gerak. Pada asalnya, kita semua tahu yang tanjak ataupun yang digelar sebagai tengkolok dan destar ni sering digunakan oleh kerabat-kerabat istana dan golongan pahlawan je. Tapi sejak peralihan zaman moden berlaku, ramai individu yang tak nak pakaian tradisional orang Melayu ni hanyut dek ditelan oleh perubahan zaman. Sebab tu kalau kita perhatikan sekarang ni, kat mana-mana mesti ada je orang yang pakai tanjak. Dan kempen Hari Tanah Melayu Kembali Bertanjak yang dibuat pada Hari Malaysia hari tu merupakan salah satu pendekatan untuk kembalikan warisan Tanah Melayu waktu zaman Kegemilangan Melayu Melaka dulu-dulu. Dan ia jugak merupakan salah satu cara untuk mengekalkan tradisi pakaian budaya Melayu. Bak kata Hang Tuah “Takkan Melayu hilang di dunia”. Imej dari Pinterest Himpunan tu pada asalnya merupakan himpunan busana kebangsaan sempena Hari Malaysia yang memfokuskan pengenalan budaya Melayu dan mengetengahkan tradisi pakaian tradisional Melayu. Dan waktu himpunan tersebut, masyarakat Melayu memakai pakaian tradisional dan macam-macam aktiviti tradisional yang diadakan. Antara aktiviti kebudayaan yang dibuat waktu himpunan tu. Imej dari Malaysia Kini Dan ia sebenarnya bukanlah acara untuk provokasi dan tak berunsurkan rasis pun. Bangsa lain pun dijemput jugak. Ditambah lagi dengan kehadiran pelancong dari luar yang sertai sekali kempen tu. Secara tak langsung tujuan kempen tu, dapatlah dicapai. “Tak ada provokasi, malah kita sebenarnya nak menolak provokasi yang sedang berlaku di kalangan kita, apabila ada provokasi daripada pihak yang tidak bertanggungjawab mengatakan kita orang Melayu ada masalah dengan kaum itu, kaum ini. Tak ada.” –Mohd Faizul Salehuddin, wakil penganjur, sumber dari Malaysia Kini. Tanjak dan Tengkolok Kalau tersalah pakai ia boleh jadi berlawanan dengan adat Korang kena ingatlah jenis-jenis tanjak ni, mana tahu masuk exam sejarah nanti. Imej dari Pinterest Pada asalnya, tanjak ataupun tengkolok merupakan hiasan kepala yang dipakai oleh golongan bangsawan, kerabat diraja, dan pemimpin-pemimpin Melayu waktu zaman dulu. Ia dipanggil sebagai destar iaitu nama khusus bagi perhiasan kepala. Setiap jenis tanjak yang dipakai oleh golongan tertentu memberi maksud pada status kedudukan seseorang dan merupakan singkatan pada perkataan Tanah Yang Dipijak yang digelar waktu zaman Hang Tuah dulu. “Orang Melayu dahulu menjadikan busana bagi menceritakan tentang dirinya kerana pada waktu itu belum ada kad pengenalan seperti hari ini,“ Selain itu juga status dan pangkat pemakai tanjak digambarkan pada bahagian solek, tanjak bagi rakyat biasa kedudukan solek menuju kearah kiri, manakala bahagian solek pada tanjak Sultan atau raja menuju ke arah kanan,” –Dr. Huzaifah Datuk Hashim,Aktivis sosio-budaya negeri Melaka, sumber dari BERNAMA. Yang kanan khas untuk raja, yang kiri untuk kita orang marhaen. Imej dari myarchery Rakyat biasa tak boleh pakai bentuk tanjak yang sama dengan bentuk tanjak raja atau sultan. Apa yang perlu ditekankan sekarang ni, orang ramai dan masyarakat Melayu khususnya perlulah betul-betul faham maksud ikatan dan bentuk tanjak yang dipakai tu, jangan anggap ia hanya sekadar aksesori dan fesyen je. Reka bentuk tanjak ni sarat dengan mesej tersirat yang disampaikan. “Bak kata Hang Tuah “dijunjung orang Melayu melalui agama, bangsa dan tanah air – agama simboliknya Al-Quran, bangsa simboliknya keris dan tanah air simboliknya tanjak.” Jadi tanjak ni melambangkan tanah air kita.” – Fadzil Azwan, pengarang dan pembuat tanjak, sumber dari Facebook GERAK. Asalnya, dalam pemakaian tanjak, dia ada syarat-syarat yang kena ikut. Manakala, tengkolok pulak bebas tak terikat dengan syarat. Tapi apa bezanya? Jeng…jeng…jeng… Tanjak boleh dipanggil sebagai tengkolok tapi tengkolok tak boleh dipanggil tanjak. Haah? ?? Kejap. Apa yang nak disampaikan ni? Peninglah. GIF dari Giphy Sebenarnya, tengkolok ada jenis yang berbeza iaitu tengkolok lelaki dan tengkolok perempuan tapi tanjak pulak khas untuk orang lelaki je. Tanjak tak boleh dipakai oleh perempuan sebab ia berlawanan dengan adat Melayu. Rekaan tanjak kena ada 3 syarat – tapak dengan bengkung, simpul dan karangan solek. Sebenarnya ada beratus jenis tanjak yang ada dalam budaya Melayu. Tapi dah semakin pupus sebab dah tak ramai orang yang boleh ikat dan karang tanjak ni. Melalui nama tanjak yang tersendiri tu lah orang maksudkan karangan dan falsafahnya untuk persembahkan maksudnya. Dalam setiap negeri, ada tanjak yang berbeza dihasilkan. Contohnya macam kat Perak yang selalu digunakan – Ayam Patah Kepak, Negeri Sembilan – Dendam Tak Sudah, Terengganu – Belalai Gajah, Kelantan – Getam Budu, Selangor – Anak Helang Kembang Sayap. Dan tanjak Perak ni memang digunakan secara komersilnya. Kalau kucing nak pakai tanjak kena pakai yang mana ye? Hmm. Imej dari Twitter azreewuzzy Ia khas untuk individu tertentu contohnya macam pahlawan kena pakai tanjak Bulang Bidang. Dan bagi orang yang pakai tanjak ni dia kena ada pakaian khas yang berasal dari adat yang ditetapkan sendiri oleh raja dan sultan. Tanjak untuk orang kebanyakan selalunya tanjak dari Negeri Sembilan iaitu tanjak Solok Timbo. Dan pemakaian tanjak ni kena bersesuaian dengan acara yang dihadiri. Asalnya ada warna yang tersendiri yang sarat dengan ceritanya. Tanjak untuk sultan mesti warna putih gading dan untuk raja muda pulak mesti berwarna kuning. Sekarang ni pemakaian bebas tak terikat dengan adat. Tapi kalau nak ketengahkan budaya tu, mestilah kena ikut dan tahu adatnya jugak kan. Kalau yang ni pulak macam mana ye? Betul ke tanjak yang dia pakai tu? Imej dari Twitter heyzahir “Tanjak ada karakter dia, ada sombong, mewah, megah, dukacita atau bunga. Contoh macam sombong ia sesuai untuk ketua tentera. Sombong bukanlah menggambarkan negatif, maksudnya kalau ketua tentera mesti nampak sebagai sombong, seorang ketua. Kalau tak, macam mana orang nak gerun dengannya. Untuk megah dan mewah khas untuk sultan. Untuk mempersembahkan karisma mereka.” – Fadzil Azwan, pengarang dan pembuat tanjak, sumber dari Facebook GERAK. Mesti korang tak perasan yang selama ni ada tengkolok khas untuk perempuan. Sebenarnya, korang pernah je nampak tapi tak tahu lah pulak tu dipanggil tengkolok. Samalah jugak macam kitaorang ni. Hehe. Ni lah yang dikatakan tengkolok perempuan. Imej dari Twitter twt_n9 Tengkolok khas bagi perempuan ni selalu digayakan dalam pakaian tradisional kaum Minangkabau. Keistimewaan pakaian tradisional diaorang terletak kat Tengkolok Tanduk yang dipakai oleh kaum perempuan kat sana. Tengkolok Tanduk ni bentuk dia of course lah macam tanduk kerbau yang merupakan lambang khas dan sinonim bagi masyarakat Minangkabau. Dan ia berasal dari Sumatera Indonesia dan tradisi tu digunakan bagi masyarakat Minang yang kebanyakannya ada kat Negeri Sembilan. Tengkolok ni juga ada maksud tersendiri tau dan gaya lipatan berbeza untuk setiap status perempuan yang pakai tengkolok tu. Dan ada 9 jenis tengkolok yang popular dalam kaum Minangkabau dulu tapi sekarang ni orang Minang cuma familiar dengan Tengkolok Gonjong gonjong yang bermaksud bumbung Minangkabau dan Tengkolok Mayang Mengurai. Dan maksud gonjong ni sinonim dengan perkataan destar yang maksud tersiratnya adalah meruncing. Jenis-jenis tengkolok yang lain. Imej dari Twitter tsarmerox Mempersembahkan budaya Melayu di persada dunia Berbalik semula kat kempen bertanjak ni, sebenarnya kempen ni aktif dibuat kat media sosial dengan ada puluhan ribu pengikut. Dan pada dasarnya, kempen ni dibuat bertujuan untuk memupuk kesatuan dan menolak isu perkauman yang selalu tercetus kat Malaysia ni. Disebabkan tanjak ni menjadi lambang sebagai tanah air, sebab tu lah ia dijadikan teras untuk kempen ni sebagai pengenalan identiti dan jati diri rakyat Malaysia yang berbilang kaum. Sebenarnya, kat Melaka pun ada aktiviti dan kempen bertanjak ni sempena Hari Malaysia. Diaorang siap anjurkan program Pahlawan Run 2019 Run With Your Tanjak’, dan aktiviti tu disertai oleh masyarakat berbilang kaum yang lain di samping mendapat sambutan yang sangat menggalakkan daripada masyarakat lain. “Walaupun berketurunan India, saya tidak malu memakai tanjak kerana menganggapnya budaya tradisional yang perlu dibanggakan seluruh masyarakat Malaysia,” – R Thevendran, ahli perniagaan, sumber dari BH Online. Diaorang pun seronok menggayakan warisan tradisi Tanah Melayu. Imej dari BH Online Dan disebabkan tanjak ni sinonim dengan lambang tanah air, kempen ni secara tak langsung nak memfokuskan tentang menghidupkan semula jati diri masyarakat Melayu khususnya. Kempen yang menggunakan hashtag berdirisendiri tu membawa maksud untuk menyemai keadaan harmoni kat negara kita dengan cara berdiri sendiri berdikari perbaiki kehidupan masing-masing. Maksudnya, tak terlalu ikutkan emosi dan mengharapkan orang lain. Kena teguh dengan jati diri sendiri. Melalui kempen dan himpunan yang disertai ramai ni, ia memberikan mesej supaya orang Melayu dan masyarakat lain bangga dengan budaya tradisional Tanah Melayu yang menjadi kelaziman orang dulu. Dan kempen ni sebenarnya kerjasama dengan Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur JKKNKL yang semua orang tahu JKKN ni bertanggungjawab dengan penerapan aspek-aspek kebudayaan kat Malaysia. Pelancong luar pun nak join jugak cuma diaorang tak reti buat gaya pendekar je. Imej dari Malaysia Kini Bertanjak kena tahu sejarahnya bukan hanya fesyen untuk pupuk patriotisme Tapi, di sebalik kemeriahan dan sambutan yang menggalakkan daripada pelbagai pihak berkenaan kempen ni, Prof Dr Siti Zainon Ismail ada bagitahu yang setiap orang yang menggayakan tanjak ni kenalah faham maksud dan sejarah penceritaan gaya tanjak yang dipakai tu. Ia bukanlah medium untuk menggalakkan kesatuan tapi semuanya bergantung pada inisiatif seseorang tu. Kalau seseorang tu betul-betul nak membudayakan tradisi Melayu, diaorang mestilah menggayakannya secara lengkap. “Masing-masing kena tahu pakai tanjak itu untuk apa, ikut kesesuaian majlis sebab ia ada sejarah budaya. “Memakai sepersalinan busana Melayu serba lengkap begitu harus ada tanjak, baju, seluar, samping dan keris sekali,” – Prof Dr Siti Zainon Ismail, sumber dari Malaysia Kini. Dan untuk terapkan kebudayaan ni, bukanlah hanya melalui pakaian tradisional dan budaya je, tapi masing-masing bertanggungjawab untuk terapkan dan kekalkan tradisi dalam perbualan seharian dengan kaum yang lain jugak. Jadinya, kalau semua orang buat benda yang sama dengan menceritakan tradisi dan budaya yang sedia ada, ia dapat dikekalkan selamanya dan fesyen yang diketengahkan tu bukanlah jadi fesyen yang popular untuk musim-musim tertentu je.
Tanjakyang disebut juga mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok adalah salah satu perlengkapan pakaian di Palembang yang dipakai oleh bangsawan dan tokoh masyarakat di masa lalu. Hal tersebut disampaikan Dosen LB Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang sekaligus sejarawan Sumsel Kemas AR Panji, dikutip dari Rabu (10/2/2021).
Tanjak adalah salah satu perlengkapan pakaian yang dipakai oleh bangsawan dan tokoh masyarakat Melayu di masa lalu. Pemakaian tanjak atau tengkolok atau destar ini dikaitkan dengan istana, kepahlawanan dan dipakai dalam pelbagai acara adat istiadat masyarakat Melayu. Pemakaian busana ini pada kebiasaanya akan dipadankan dengan bengkung, samping dan baju Melayu beserta keris selit. Keperibadian identiti bangsa Melayu yang terkenal dengan sikap lemah lembut dan berbudi bahasa jelas terpancar dalam proses pembentukan tanjak yang memerlukan sikap sabar, kekemasan, kehalusan serta ketelitian. Proses penciptaan tanjak ini jelas menggambarkan daya kreativiti yang tinggi dalam masyarakat Melayu iaitu bentuk tanjak yang dicipta oleh tukang Melayu bukan sahaja indah dipandang tetapi mempunyai nilai estetika yang dapat dibanggakan. Kini, melalui Kraf La, anda juga boleh membuat tanjak idaman anda sendiri dan ianya mampu memberikan kepuasan yang tidak ternilai kepada diri anda sebagai penggubah tanjak. Silibus bengkel seni lipatan Tanjak Di dalam bengkel penyediaan seni lipatan tanjak ini, anda akan mempelajari tentang beberapa teknik asas lipatan tanjak dari tenaga pengajar kami yang berpengalaman. Selain itu, anda juga dapat mempelajari tentang bagaimana untuk menyediakan kain yang sesuai bagi membuat tanjak. Tenaga pengajar kami akan membimbing anda sepanjang tempoh bengkel online ini berlangsung. Anda boleh STOP, REWIND, FORWARD dan PAUSE bengkel online ini mengikut kapasiti pembelajaran yang anda mahukan. ▶ Pengenalan kepada Tanjak Sejarah, asal dan kegunaan tanjak▶ Alatan dan kelengkapan Kelengkapan untuk penyediaan kain tanjak dan lipatan tanjak▶ Teknik membuat kain dasar Kain songket, kain jenis A dan B▶ Teknik ikatan tanjak Ayam patah kepakMenyusur anginaBulang bidang ▶ Langkah-langkah penyediaan ▶ Dan banyak lagi Pre order Harga asal RM150DAPATKAN Sekarang dengan Harga RM50! promosi 30 hari! Tarikh jangkaan pelancaran bengkel April 2022 Mengenai tenaga Pengajar Mohd Herin Bin Mansor Saya telah menubuhkan Bin Mansor Resources, iaitu syarikat yang menawarkan penyediaan busana melayu lengkap. Saya berpengalaman dalam membuat tanjak dan busana melayu selama lebih dari 8 tahun. Saya juga telah banyak mengelolakan kelas latihan penyediaan busana Melayu. Melalui kelas ini, anda akan dapat mempelajari bagaimana membuat kain dasar itu sendiri ataupun kain tanjak, dan melipat 3 jenis tanjak iaitu ayam patah kepak, daripada negeri perak, balong raja dari Selangor dan satu tanjak pahlawan atau tanjak askar yang diberi nama Bulang Bidang. Saya harap melalui bengkel dalam talian ini, pelajar saya boleh belajar cara membuat tanjak dengan cara yang mudah. Jadi jangan lupa, jom sertai saya di bengkel seni lipatan tanjak anjuran Kraf La Soalan lazim bengkel lipatan tanjak Saya tidak pernah menghadiri mana-mana kelas seni mengarang tanjak sebelum ini, adakah kursus ini sesuai untuk saya? ★ Ya, kursus ini paling sesuai untuk mereka yang baru bermula dan tidak mempunyai pengetahuan tentang membuat mengarang tanjak. Pengajar kami akan mengajar anda secara terperinci dan akan menyediakan tutorial langkah demi langkah. Bagaimana jika saya tidak tahu cara menyediakan alatan dan bahan? ★ Jangan risau! Tenaga pengajar profesional kami akan memperkenalkan semua peralatan, dan cara mendapatkannya akan disebut dalam kelas. Bagaimana jika saya tidak bersedia untuk menghadiri kelas pada masa tertentu? ★ Jangan risau! Kelas kami tidak terhad dan menawarkan akses seumur hidup setelah anda melakukan pembelian. Anda juga boleh memilih masa dan ruang pilihan anda sendiri untuk belajar Bolehkah saya menghubungi pengajar untuk bertanya beberapa soalan khusus? ★ Ya, sudah tentu! Anda boleh bertanya soalan di bahagian komen, dan pengajar akan membantu anda menyelesaikan masalah anda secepat mungkin. Bukan itu sahaja, kami juga mempunyai ruang untuk anda mengenali lebih ramai pencinta kraf seperti anda. Semua pencinta kraf boleh menyertai komuniti dalam talian kami untuk berkongsi pemikiran dan kemahiran bersama-sama! 0 1587. Tanjak / Mahkota adalah salah satu perlengkapan Pakaianan Adat kesultanan Palembang Darussalam sekitar tahun 1850 yang dipakai oleh para bangsawan/kesultanan pada saat itu. Dengan berakhirnya Kesultanan Palembang Darussalm , Tanjak masih tetap dipakai oleh masyarakat Palembang hingga saat ini terutama dalam acara-acara Palembang. JawabanC. Tanjak Daun SehelaiPenjelasanSetau saya...Tanjak Dendam Tak Sudah hanya boleh dipakai oleh DYMM Seri Paduka Baginda yang di Pertuan Agung dan sering dipakai oleh pembesar Melayu. Tebing Runtuh hanya boleh dipakai pegawai dari golongan KALAU SALAHMAAF KALAU SALAHSEMOGA BERMANFAAT
Tanjak Seluk Timba gayanya lebih kurang Dendam Tak Sudah cuma simpulannya berbeza dan terbalik, ia boleh juga dipakai oleh orang bukan Melayu, tidak menjadi masalah," katanya. Selain itu, katanya, tanjak adalah khusus untuk lelaki, namun ada hiasan kepala untuk kaum wanita iaitu tengkolok yang mempunyai pelbagai jenis ikatan dan pemakaiannya kekal wujud sehingga sekarang.
Tanjak, tengkolok atau destar merupakan busana yang dipakai pada bahagian kepala lelaki Melayu. Tanjak ini sering dikaitkan dengan istana, kepahlawanan dan dipakai dalam pelbagai majlis adat istiadat Melayu. Pada kebiasaanya tanjak akan dipadankan dengan bengkung, sampin dan baju Melayu beserta sebilah keris yang diselit bagi pakaian lelaki Melayu. Sejarah Pemakaian Tanjak Sebelum masuknya zaman pemerintahan kesultanan Melayu Melaka, tanjak belum lagi dicipta. Pada masa itu, hanya sehelai kain digunakan. Kain tersebut diikat di kepala untuk menutup rambut supaya kelihatan kemas. Lama-kelamaan ikatan kain ini berubah dan menjadi semakin cantik dan kemas mengikut peredaran zaman. Ikatan tersebut diolah dan diubahsuai mengikut taraf seseorang itu. Orang Melayu Melaka menggunakan idea kreatif mereka untuk mengubah helaian kain tersebut untuk digunakan sebagai penutup kepala. Dahulunya tanjak merupakan lambang bagi status seseorang. Pada ketika itu, hanya mereka yang berada sahaja yang mampu memakainya. Tanjak juga merupakan sebahagian daripada pakaian Raja dan Sultan. Raja semasa zaman kesultanan Melaka menggunakan tanjak yang diperbuat dari kain sutera yang berasal dari China atau India. Orang kebanyakan pula menggunakan tanjak yang diperbuat daripada kain biasa. Jenis-jenis Tanjak Melayu Tanjak Dendam Tak Sudah Tanjak Layang Mas Tanjak Ayam Teleng Tanjak Lang Menyosong Angin Tanjak Mahkota Alam Tanjak Merbah Berlaga Tanjak Naga Emas Tanjak Laksamana Tanjak Tun Nila Tanjak Pari Mudik Tanjak Sebang Selat Tanjak Tubang Layar Pada kebiasaannya, rekaan tanjak ini akan berkait rapat dengan status si pemakai. Tanjak yang dipakai oleh rakyat biasa hanya berbentuk simpulan dan rekaannya telah diubah dari rekaan asal yang dipakai oleh raja. Bentuk tanjak yang dipakai oleh rakyat tidak boleh sama dengan tanjak yang dipakai oleh raja dan sultan. Tanjak sekarang kebanyakannya dibuat menggunakan kain songket. Untuk pembuatan tanjak, kain songket berukuran 31 x 31 akan digunakan. Kain tersebut akan dilipat bersama kertas keras dan membentuk segi tiga sebelum ianya digosok dan dijahit. Dawai atau lidi akan dimasukkan bersama lipatan untuk membuat bentuk tertentu. Ini akan membolehkan tanjak terbentuk keras dan cantik. TanjakYang Boleh Dipakai Oleh Siapapun Adalah. Umpama bentuk tanjak yang dipakai oleh yang dipertuan besar negeri sembilan dapat menjelaskan kedudukannya sebagai ketua agama. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun. Saudagar Tekua Jenisjenis Ikatan Tanjak, Destar, Tengkolok from saudagar-tekua.blogspot.my Batam ANTARA - Tanjak merupakan hiasan kepala laki-laki Melayu dan sebaiknya tidak dipakai sembarangan karena akan merusak nilai adab tentang tanjak tersebut. Pernyataan itu disampaikan seorang seniman tanjak dari Kabupaten Lingga, Desgi Prayoga dalam sembang virtual Kopi Payau yang diadakan Antara Kepri tiap Jumat malam. Kopi Payau merupakan kegiatan bincang santai yang siar secara langsung di portal Youtube Antara Kepri serta Facebook Antara Kepulauan Riau membahas perihal budaya ataupun tradisi yang hidup di tengah masyarakat Melayu dengan pembawa acara Mukhtar dan Kariadi. Desgi Prayoga seorang seniman tanjak yang menjadi nara sumber merupakan pemuda tempatan yang bermukim di Dabo Singkep dan pakar akan kreasi tanjak warisan Melayu. "Tanjak merupakan hiasan kepala bagi kaum lelaki Melayu yang terbuat dari bahan kain. Kata tanjak artinya tanah yang dipijak," tutur Yoga panggilan akrabnya. Ia menyebut tanjak direka dari kain yang semula berukuran persegi empat yang dilipat dua sehingga menjadi bentuk segi tiga. Bahan kain bentuk segi tiga inilah yang menjadi pola dasar tanjak. Hiasan kepala tersebut disebut tanjak apabila memenuhi tiga persyaratan yakni ada tapak dengan bengkong, simpul dan sulek atau karangan. Tiga rangkaian inilah yang membedakan tanjak dengan tengkulok atau destar yang juga hiasan kepala bagi lelaki Melayu. Sedangkan perempuan hiasan kepalanya disebut tengkulok dan ada beragam jenis. Perempuan tidak dibenarkan memakai tanjak. Ia mengaku memulai kreasi lipat tanjak pada tahun 2013 semula dia meniru apa yang disampaikan orang lain cara memuat tanjak di aplikasi video. "Kalau nak belajar carilah guru, itu pesan datuk nenek saya agar ada ridho dari ilmu yang didapat. Makanya kemudian pada 2017 saya belajar seni tanjak ini pada orang yang punya ilmu dan pengetahuannya tentang tanjak," katanya. Berjumpa dengan guru yang memiliki pengetahuan warisan tentang tanjak di situlah dia belajar tidak hanya cara melipat tanjak tetapi juga adab, filosofi serta kegunaan tanjak. "Dalam pemakaian orang harus memperhatikan tanjak yang dipakainya itu yang mana adat dan adat istiadat," ujarnya. Adat merupakan merupakan kebiasaan dalam arti kata keseharian sedangkan adat istiadat merupakan satu majlis atau acara yg didalamnya ada aturan atau protokolnya. Dalam keseharian tanjak jenis apapun boleh dipakai menurut asal daerah si pemakai. Yoga mencontohkan saat dia memakai tanjak Mahkota Alam sebagai kesehariannya. Hiasan kepala tersebut leluasa saja dipakainya namun jika dia menghadiri satu acara atau majlis adat di dalam acara tersebut hadir pemimpin tertinggi yang memakai tanjak Mahkota Alam, maka dia tidak pula boleh memakai reka tanjak serupa. Begitu juga jika dia berada di suatu daerah yang telah menetapkan bahwa tanjak Mahkota Alam merupakan tanjak yang hanya boleh dipakai oleh pemimpin negeri, maka dia tidak pula boleh leluasa memakai tanjak tersebut di daerah itu. "Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung," katanya. Fungsi tanjak sebagai identitas atau taraf kasta di suatu tempat kembali pada aturan atau protokol masing daerah tersebut. Ia menjelaskan, tanjak awalnya direka dan dipakai orang Melayu pada tahun 1700-an dan sesuai perkembangan zaman hingga kini ada ratusan jenis tanjak. Ia mencontohkan tanjak Mahkota Alam yang dipakainya dapat direka lagi menjadi Laksamana Muda, Bugis Tak Balek, Cogan Daun Kopi dan lain-lain. Tanjak dapat mengungkapkan sifat atau situasi si pemakai seperti sifat megah, sedih, garang ataupun sombong. "Jadi untuk memakai tanjak tidak sembarangan. Si pemakai harus melihat kondisi dan situasi. Seperti tanjak Mahkota Alam yang saya pakai ini menggambarkan kesan megah tetapi kalau tanjak Bugis Tak Balek menggambarkan sedih dan biasanya dipakai saat melayat ke rumah duka," katanya. Ia mengaku, perkembangan tanjak terutama di daerah rumpun Melayu kini sangat pesat dan umumnya pembuat tanjak hanya memperhatikan unsur bisnis tidak lagi unsur makna atau filosofi tanjak sebagai identitas atau jati diri Melayu. "Seharusnya lembaga adat Melayu dapat mengeluarkan matlumat perihal adab memaki tanjak dan disokong pemerintah daerahnya masing-masing sehingga pelestarian tanjak tetap terjaga," katanya.
Tanjaksebenarnya membawa pesan moral yang luar biasa bagi siapapun yang memakainya. Sebab, dalam tanjak ada nasehat, anjuran, kedudukan, amanah, dan tanggungjawab supaya orang dapat menyesuaikan tanjak yang dipakai agar memanfaatkan segala kemampuannya sesuai pengetahuan yang dimilikinya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
Kompas TV video cerita indonesia Kamis, 7 November 2019 1705 WIB Inilah tanjak melayu, topi khas adat Melayu Siak, Riau. Dulunya, topi ini dipakai para bangsawan dan raja-raja Melayu, tapi saat ini telah dipakai pula oleh masyarakat. Alat dan bahan yang digunakan untuk buat tanjak adalah jarum, gunting, setrika, kain songket, benang, dan kain pelapis. Prosesnya dimulai dari menggunting kain songket menjadi bentuk segitiga, lalu kain pelapis juga digunting sesuai dengan bentuk kain songket yang telah digunting. Setelah itu, kain pelapis yang diletakkan di atas kain songket disetrika. Langkah selanjutnya, kain yang telah disatukan mulai dilipat sesuai dengan lipatan tanjak. Langkah ini harus dilakukan dengan teliti agar tanjak yang dihasilkan dapat rapi. Langkah terakhir, tanjak dijahit. Proses jahitan ini bisa dilakukan menggunakan tangan atau dibantu mesin jahit tergantung dengan ketebalan tanjak. Dari berbagai jenis tanjak adat Melayu yang diproduksi di UPPKS Sumber Rezeki ini tanjak dendam tak sudah menjadi jenis tanjak yang paling banyak diminati masyarakat. Harga tanjak dari Rp25 ribu – Rp300 ribu tergantung jenis kain. Pemasaran produk ini dilakukan melalui pameran dan online. Siak AdatMelayu TanjakMelayu Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA ZQhKZYU.
  • 9deooi1mda.pages.dev/37
  • 9deooi1mda.pages.dev/245
  • 9deooi1mda.pages.dev/25
  • 9deooi1mda.pages.dev/270
  • 9deooi1mda.pages.dev/293
  • 9deooi1mda.pages.dev/120
  • 9deooi1mda.pages.dev/170
  • 9deooi1mda.pages.dev/235
  • 9deooi1mda.pages.dev/158
  • tanjak yang boleh dipakai oleh siapapun adalah