Bersyukurlagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain dijelaskan oleh firman-Nya dalam surat Ibrahim (14): 7 yang dikutip di atas. BAGAIMANA CARA BERSYUKUR? Di atas telah dijelaskan bahwa ada tiga sisi dari syukur,
Seperti apa cara bersyukur kepada Allah SWT dengan benar?Allah SWT merupakan dzat yang paling berkuasa dan paling besar, yang memberikan kita nikmat tak itulah, sebagai umat-Nya, kita harus selalu bersyukur kepada Allah dalam Islam merupakan salah satu bentuk terima kasih atas segala nikmat, rezeki, kehidupan, kesulitan, dan kebahagiaan yang Moms lebih afdal, cari tahu cara bersyukur kepada Allah SWT dengan benar lewat ulasan di bawah ini, yuk!Baca Juga 3+ Waktu yang Dilarang Bergaul antara Suami Istri, Bisa Berdosa!Perintah untuk Bersyukur kepada Allah SWTFoto Berdoa juga menyuruh umat manusia untuk selalu bersyukur. Hal ini tertuang dalam Al-Baqarah 152, Allah berfirmanفَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ"Fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā takfurụn."Artinya "Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada-Mu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku," Al-Baqarah 152.Meskipun Allah meminta hamba-Nya untuk bersyukur, tapi bukan berarti Allah membutuhkan ungkapan syukur dari tanpa manusia bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah zat yang Maha Kaya, Maha Terpuji, dan Maha Allah memerintahkan umatnya bersyukur karena demi menambah kenikmatan manusia itu Juga 11+ Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadan, Masya Allah!Manfaat Bersyukur kepada Allah SWTFoto Berdoa ini beragam alasan mengapa kita harus Membuat Memiliki Pikiran dan Perasaan PositifDengan bersyukur, kita akan lebih memaknai segala sesuatunya dengan pikiran dan perasaan Moms senantiasa bersyukur, meskipun sedang mengalami kegagalan atau kesedihan, maka perasaan gundah, sedih, gagal, kecewa, amarah, akan tergantikan oleh sugesti-sugesti Menghindarkan Diri dari Iri dan DengkiBersyukur kepada Allah SWT akan menghindarkan Moms dari penyakit hati seperti iri, dengki, fitnah, atau Bersyukur Dapat Menambah Nikmat dan Mengingkarinya Dapat Mendatangkan AzabSelain itu, dengan bersyukur maka Allah akan mengingat umatnya sebagaimana dijelaskan dalam Ibrahim ayat 7 yang berbunyiوَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ"Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ażābī lasyadīd."Artinya "Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih," Ibrahim7.Setelah tahu perintah untuk bersyukur kepada Allah SWT dalam Al-Qur'an dan manfaat apa yang akan didapat, berikut ini cara bersyukur kepada Allah agar selalu dilimpahi nikmat dan Juga 15 Manfaat Sari Kurma untuk Ibu Menyusui, Moms Wajib Tahu!Cara Bersyukur Kepada AllahFoto Ilustrasi Berdoa Orami Photo StockBersyukur tak cukup hanya mengucapkan "alhamdulillah" saja. Namun, juga harus dibarengi dengan sikap, tutur, serta perbuatan dari NU Online, berikut ini cara bersyukur kepada Mengucap Syukur dan Menjaga Lisan dengan Senantiasa Berkata BaikCara bersyukur kepada Allah dengan lisan adalah cara yang paling bisa mengucapkan "alhamdulillah" setiap kali menerima kebaikan, rezeki, kabar gembira, dan kenikmatan itu, Moms juga harus mengimbanginya dengan perkataan menjaga lisan dengan selalu mengatakan hal-hal baik agar tidak merugikan atau menyakiti hati orang lain adalah bentuk syukur kepada Allah itu, mereka yang bersyukur juga tak keberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya pada orang lain, terutama pada Allah ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Surah Ali Imran, ayat 133وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ"Wa sāri'ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin 'arḍuhas-samāwātu wal-arḍu u'iddat lil-muttaqīn."Artinya "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa," Ali Imran133Oleh sebab itu, jika perkataan kita menyakiti hati orang lain maka segeralah meminta maaf dan memohon ampunan kepada Allah begitu, hubungan antar sesama manusia dapat terjalin dengan baik dan Allah akan memberikan Menyadari Bahwa Nikmat yang Diberikan Allah SWT Tidak BerhinggaBahkan, Allah SWT berfirman dalam Ibrahim ayat 34, yang berbunyiوَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ"Wa ātākum ming kulli mā sa`altumụh, wa in ta’uddụ ni’matallāhi lā tuḥṣụhā, innal-insāna laẓalụmung kaffār."Artinya "Dan Dia telah memberikan kepadamu keperluanmu dan segala apa yang kamu mohonkan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya menghitungnya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah," Ibrahim34.3. Tidak Mendustakan Kenikmatan yang Allah BerikanMengelola hati untuk tetap bersyukur dan berada di jalan Allah SWT bukanlah hal yang mudah, namun ini adalah hal yang mengontrol hati dan diri agar selalu bersyukur hidupnya akan lebih dari jumlah harta dan tahta yang dimiliki di sukses dan kaya raya belum tentu membuat seseorang lebih mudah bersyukur dan merasa bahagia menjalani dari itu, ungkapan syukur ini harus dipanjatkan dari hati karena tiada manusia yang dapat menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah Surah Ar-Rahman ayat 13, Allah berfirmanفَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān."Artinya “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Ar-Rahman13.Bunyi ayat tersebut diulang hingga 31 kali dalam surah tanpa maksud, pada surah tersebut dijelaskan bahwa Allah menantang manusia untuk jujur dalam membaca dan menghitung kenikmatan Allah yang diberikan pada dari bernapas, mendengar, merasakan, dan lainnya. Tentu itu semua tak bisa diukur menggunakan karena itu, Allah membenci orang-orang dengan perilaku tidak bersyukur. Orang-orang tersebut termasuk dalam golongan kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterima dari Allah Juga 114 Daftar Surah Alquran dan Artinya serta Keutamaan Membaca Alquran yang Wajib Dipahami4. Ikhlas Menerima Kesenangan dan KesedihanCara bersyukur kepada Allah dengan melalui hati dapat dilakukan dengan bentuk perasaan senang, ikhlas, dan rela dengan apa yang sudah ditetapkan Allah yang mudah bersyukur memiliki jiwa yang ikhlas dalam menerima kesenangan dan tak berkeluh kesah atas kekurangan atau ujian yang diberikan Allah cara bersyukur kepada Allah juga menjadikan Moms lebih sabar dari mereka yang tidak karenanya, dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqam atau tingkatan tertinggi dan hanya bisa dicapai oleh mereka yang beriman dan bertakwa kepada Berbagi Rezeki, Ilmu, Kebahagiaan, dan KebaikanAktivitas fisik yang bisa dilakukan sebagai cara bersyukur kepada Allah ialah berbagi rezeki, ilmu pengetahuan, kebahagiaan, dan kebaikan yang membuat orang lain beberapa kesempatan, Moms pasti sering menerima undangan syukuran. Ini adalah contoh bersyukur kepada Allah melalui perbuatan membagikan rezeki kepada sesama akan membuat orang lain senang dan syukur kepada Allah SWT melalui aktivitas fisik ini tercantum dalam Al-Qur'an Surah Adh-Dhuha, ayat 11وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ"Wa ammā bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ."Artinya “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan,” Adh-Dhuha11.Ayat tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa apabila Moms mendapatkan kebahagiaan maka sebaiknya berbagilah dengan orang sekitar agar mereka turut merasakan ini sering disebut dengan tahadduts binni’ begitu, pastikan untuk tidak berlebihan dalam merayakan kegembiraan ya, ditakutkan rasa syukur itu berubah menjadi pamer atau tidak ikhlas. Hal-hal yang dimaksud ikhlas ialah tidak ada niat lain kecuali beribadah kepada Allah itu, bersyukur kepada Allah juga bisa dengan cara meningkatkan intensitas Muhammad SAW yang telah dijamin masuk surga pun tetap rajin beribadah melebihi siapa pun di dunia bahkan hingga kakinya itu dilakukan oleh Nabi Muhammad semata sebagai bentuk syukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT Juga Tips Mengajak Balita Salat Tarawih di Rumah6. Menjaga Nikmat dari KerusakanMelansir dari Islampos, saat Allah SWT memberikan kenikmatan, kebahagiaan, dan karunia yang sebaiknya gunakan kenikmatan tersebut untuk menjaga hati, lisan, dan perbuatan agar tetap di jalan Allah Allah telah memberikan kesehatan, maka kita wajib menjaganya dengan berolahraga secara teratur, memakan makanan bergizi, dan menjaga tubuh agar terhindar dari Menjaga Keimanan dengan Beribadah agar Terhindar dari Penyakit HatiHal yang sama sebaiknya dilakukan ketika Moms mendapatkan kenikmatan, haruslah dijaga dengan iman yang menghindari penyakit hati, dan hal-hal yang menyebabkan keimanan kita berkurang atau itu, Moms harus memupuk iman dengan salat, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis taklim, berzikir, dan berdoa serta memohon tersebut merupakan bagian dari cara bersyukur kepada itu, kita juga harus membentengi diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak iman seperti kemunafikan, ingkar dan menjanjikan nikmat yang luar biasa kepada umatnya bagi mereka yang bersyukur dan selalu mengingat Allah Juga Berhubungan Intim setelah Salat Subuh, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?8. Bersyukur kepada Allah Melalui Harta BendaBersyukur juga dapat dilakukan melalui harta benda dapat dilakukan dengan cara mempelajari, mengamalkan dan berdakwah ajaran itu juga bisa dengan cara berjihad membela Islam dan kaum muslimin, membangun masjid dan musala, membangun sarana pendidikan, membantu fakir miskin dan orang bersyukur melalui harta benda juga bisa dilakukan mulai dari hal-hal sederhana seperti berbagi makanan, berzakat, menyantuni anak yatim, berinfak ke masjid dan Juga Ini Aturan dan Doa Sholat Tarawih Ramadan selama Pandemi, Catat!Tanda Seseorang yang Tidak Bersyukur Kepada Allah SWTFoto Umat Muslim Salat dalam Islam, perilaku tidak mau bersyukur disebut juga dengan kufur Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam, kufur nikmat merupakan tindakan ketika seseorang enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang didapatkan adalah dari Allah beberapa tanda yang bisa dilihat pada seseorang yang tidak bersyukur kepada Allah SWT, yaituTidak menerima kekurangan yang ada pada diri sendiri dan suka membanding-bandingkan mengeluh dalam segala dan membantu orang lain karena mengharap kecil nikmat yang diberikan oleh Allah menginginkan milik orang sampai kita menjadi bagian dari orang-orang yang kufur nikmat, ya, surah Al-Baqarah ayat 152 pun telah dijelaskan bahwa kita harus selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah SWT sampai menjadi kufur kepada-Nya dengan mengingkari nikmat-nikmat-Nya dan menggunakannya untuk hal-hal yang Juga Penjelasan Dam saat Haji dan Umrah, Beserta Tata Cara MembayarnyaNah, itulah berbagai cara bersyukur kepada Allah yang bisa dilakukan dalam kehidupan bersyukur dan selalu menjernihkan hati dalam perbuatan, lisan, serta tindakan adalah hal yang tak mudah untuk bukan berarti tidak mungkin, ya, Moms. Semoga Moms, Dads, dan keluarga tak pernah lupa untuk selalu bersyukur kepada-Nya, ya!
1 Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat). 2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain. 3. Munculnya ghibah, fitnah, dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan
ANJURAN MENSYUKURI NIKMATOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه اللهDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”TAKHRIJ HADITS Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri no. 6490; Muslim no. 2963 9, dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi no. 2513; Dan Ibnu Majah no. 4142.KOSA KATA HADITSأَسْفَلَ مِنْكُمْ Orang yang lebih rendah dari pada kalian dalam hal Lebih patut, lebih = تَحْتَقِرُوْا Mengecilkan dan meremehkan.[1]SYARAH HADITS Alangkah agungnya wasiat ini dan alangkah besar manfaatnya, kalimat yang menentramkan dan menenangkan. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan mengakui nikmat-nikmat-Nya, membicarakannya, mentaati Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan melakukan semua sebab yang dapat membantu kita bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah inti ibadah, pokok kebaikan, dan merupakan hal yang paling wajib atas manusia. Karena tidak ada pada diri seorang hamba dari nikmat yang tampak maupun tersembunyi, yang khusus maupun umum, melainkan berasal dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَDan segala nikmat yang ada padamu datangnya dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/1653]Allâh Azza wa Jalla memberikan berbagai kebaikan dan menolak kejahatan dan keburukan. Oleh karena itu, seorang hamba harus benar-benar bersyukur kepada-Nya. Hendaknya seorang hamba berusaha dengan segala cara yang dapat mengantarnya dan membantunya untuk bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِMaka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2152]Dan firman-Nya وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌDan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/147]Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits di atas, telah menunjukkan obat dan faktor yang sangat kuat agar seseorang bisa mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , yaitu hendaknya setiap hamba memperhatikan orang yang lebih rendah darinya dalam hal akal, nasab, harta, dan nikmat-nikmat lainnya. Jika seorang terus-menerus melakukan ini, maka ini akan menuntunnya untuk banyak bersyukur kepada Rabb-nya serta menyanjung-Nya. Karena dia selalu melihat orang-orang yang keadaannya jauh berada di bawahnya dalam hal-hal tersebut. Banyak di antara mereka itu berharap bisa sampai –atau minimal mendekati- apa yang telah diberikan padanya dari nikmat kesehatan, harta, rezeki, fisik, maupun akhlak. Kemudian dia akan banyak memuji Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telahmemberinya banyak karunia. Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Apabila seseorang melihat orang yang terkena musibah, kemudian ia mengucapkan kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka seاَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاًSegala puji bagi Allâh yang menyelamatkan aku dari musibah yang Allâh timpakan kepadamu. Dan Allâh telah memberi keutamaan kepadaku melebihi orang banyak.’Maka musibah itu tidak akan menimpa dia.”[2]Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Barangsiapa melihat seseorang yang terkena cobaan, lalu mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً Segala puji bagi Allâh yang telah menghindarkan aku dari apa yang Dia timpakan kepadamu dan Dia melebihkanku atas kebanyakan manusia dengan kelebihan yang banyakniscaya dia akan benar-benar terhindar dari cobaan tersebut dalam keadaan apapun, selama dia hidup.”[3]Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, yang artinya,” Barangsiapa tiba-tiba berjumpa dengan orang yang terkena cobaan, lalu mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً، عُوْفِيَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلاَءِ كَائِنًا مَا puji bagi Allâh yang telah menghindarkan aku dari apa yang Dia timpakan kepadamu dan Dia melebihkanku atas kebanyakan manusia dengan kelebihan yang banyakniscaya dia akan benar-benar terhindar dari cobaan tersebut dalam keadaan apapun.”[4]Jika seseorang akan melihat banyak orang yang kurang akalnya, maka dia memuji Rabb-nya atas kesempurnaan akalnya. Begitu pula dia menyaksikan banyak orang tidak memiliki persediaan makanan, tidak memiliki tempat tinggal untuk bernaung, sementara dia dalam keadaan tenang di tempatnya dan diberi kelapangan akan melihat pula banyak orang yang diberi cobaan dengan berbagai penyakit, sementara dia diselamatkan dari semua itu dan senantiasa dalam kondisi âfiah sehat. Dia juga menyaksikan sejumlah orang diberi bencana lebih besar daripada itu, berupa penyimpangan dalam agama dan terjerumus dalam maksiat, sementara Allâh Subhanahu wa Ta’ala memeliharanya dari hal-hal tersebut, dan dari hal-hal juga memperhatikan banyak manusia yang diliputi kegundahan, kesedihan, dan was-was, serta kesempitan dada. Lalu dia melihat keadaannya yang terbebas dari penyakit ini, mendapat karunia Allâh Subhanahu wa Ta’ala berupa ketentraman hati, hingga mungkin orang fakir yang mendapat kelebihan nikmat ini, -yakni merasa qanâ’ah merasa cukup dan ketentraman hati- lebih banyak dari orang-orang barangsiapa yang diberi cobaan dengan perkara-perkara tersebut, lalu dia mendapati banyak manusia mengalami musibah yang lebih besar dan lebih berat darinya, maka dia memuji Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas ringannya cobaan yang diberikan kepadanya. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu perkara yang tak disenangi melainkan ada yang lebih besar diberi taufik mendapatkan hidayah kepada apa yang diarahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ini, maka rasa syukurnya akan senantiasa kuat dan tumbuh, dan nikmat-nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan senantiasa turun kepadanya dengan berkesinambungan dan orang yang berlawanan dengan yang disebutkan di atas, pandangannya ke atas dan melihat kepada orang di atasnya, baik dalam hal kesehatan, harta, rezeki, dan segala hal yang berkaitan dengannya, maka sudah pasti dia akan mengingkari nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala serta tidak bisa bersyukur. Di saat kesyukuran hilang dari diri seseorang, maka hilang pula darinya nikmat-nikmat. Saat itu, bencana akan silih berganti menghampirinya, dia akan merasa gelisah terus menerus, selalu sedih, murka terhadap orang-orang yang mendapat kebaikan, serta tidak ridha Allâh Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb yang Maha Pengatur. Maka inilah bencana dalam agama dan dunia serta kerugian yang barangsiapa yang memperhatikan nikmat-nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala berlimpah, mengetahui yang lahir dan batin, dan menyadari bahwa itu semua hanyalah semata-mata karunia dan kebaikan Allâh Subhanahu wa Ta’ala , maka tentu dia akan sangat bersyukur kepada-Nya. Satu jenis nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala saja, dia tidak akan mampu menghitung dan menilainya, apalagi semua jenisnya. Misalnya, nikmat mata yang sehat, akal jernih, telinga yang berfungsi normal, air, udara, oksigen, dan lainnya. Jika ini disadari, maka dia harusnya mengakui secara sempurna nikmat-nikmat Allâh Azza wa Jalla tersebut, banyak memuji-Nya, dan malu kepada Rabb-nya untuk meminta dan melakukan sesuatu yang tidak dicintai dan tidak diridhai Allâh Azza wa Jalla. Rasa malu terhadap Rabb-nya ini, termasuk cabang keimanan yang paling utama. Dia malu kepada Allâh Azza wa Jalla jika Allâh Azza wa Jalla melihatnya berbuat sesuatu yang terlarang atau tidak melakukan apa yang diperintah-Nya. Dengan demikian, dia telah bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah Allâh dan menjauhkan larangan-Nya. Perintah yang paling besar adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla , syukur yang paling besar adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla , dan larangan yang paling besar adalah syirik. Kita wajib mengikhlaskan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan segala macam perbuatan karena syukur merupakan inti kebaikan dan tandanya, maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu لَأُحِبُّكَ ، لاَ تَدَعَنَّ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ اَللّٰهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ aku mencintaimu, janganlah engkau tinggalkan di akhir setelah selesai setiap shalat untuk mengucapkan ; Ya Allâh, tolonglah aku untuk berdzikir selalu ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta memperbaiki ibadah kepada-Mu’.”[5]Sungguh, banyak orang-orang yang selalu bersyukur mengakui kelemahannya dalam mensyukuri nikmat Allâh, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda … لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.“… Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri.”[6]Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang pandai bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla .FAIDAH-FAIDAH melihat keadaan orang yang berada di bawah kita dalam hal dunia, dan melihat kepada keadaan orang di atas kita dalam hal kepada yang di atas kita dalam hal dunia akan mengakibatkan seseorang tidak bersyukur atas nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadanya, selalu mengeluh, dan kepada di atas kita dalam hal agama akan mengakibatkan seseorang terpacu untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .Anjuran zuhud terhadap kehidupan Mukmin hendaknya menjadikan dunia ini di tangannya dan tidak di dalam meremehkan nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada Mukmin wajib bersyukur atas nikmat yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada kepada Allâh Azza wa Jalla dengan melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar kita dapat bersyukur kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ Islam yang telah mengatur semua kehidupan Shahîh al-BukhâriShahîh MuslimSunan at-TirmidziSunan Ibnu MâjahIrwâ-ul GhalîlSilsilah al-Ahâdîts ash-ShahîhahBahjah Qulûbil Abrâr wa Qurrotu Uyûnil Akhyâr fii Syarhi Jawâmi’il Akhbâr, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diBahjatunn Nâzhirîn Syarh Riyâdhis ShâlihînNuzhatul Muttaqîn syarh Riyâdhis Shâlihîn[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Nuzhatul Muttaqîn Syarh Riyâdhis Shâlihîn hlm. 353. [2] Shahih HR. at-Tirmidzi no. 3432 dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah no. 602. [3] Hasan HR. at-Tirmidzi no. 3431 dari sahabat Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu. [4] Hasan HR. Ibnu Majah no. 3892 dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma. [5] Shahih HR. Abu Dawud no. 1522, an-Nasâ-i III/53, Ahmad V/245, dan al-Hâkim I/273 dan III/273 dan dishahihkannya, juga disepakati oleh adz-Dzahabi rahimahullah. [6] Shahih HR. Abu Dawud no. 1427, at-Tirmidzi no. 3566, Ibnu Mâjah no. 1179, an-Nasâ-i III/249, dan Ahmad I/98, 118, 150. Lihat Irwâ-ul Ghalîl II/175.
Kata"syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Pengertian Kata ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (l) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya). Berikut adalah artikel atau makalah yang membahas secara lengkap tentang definisi Syukur berdasarkan Al-Qur'an, Hadits
Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat sebuah riwayat tentang Nabi Musa alaihissalam yang kebingungan bersyukur. Berikut riwayatnyaحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا أبِي، أَخْبَرَنَا هَاشِمٌ، أَخْبَرَنَا صَالِحٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ أَبِي الْجَلْدِ قَالَ قَالَ مُوسَى إِلَهِي، كَيْفَ أَشْكُرُكَ وَأَصْغَرُ نِعْمَةٍ وَضَعْتَهَا عِنْدِي مِنْ نِعَمِكَ لَا يُجَازِي بِهَا عَمَلِي كُلُّهُ؟ قَالَ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنْ يَا مُوسَى، الْآنَ شَكَرْتَنِيAbdullah bercerita, Ayahku mengabarkan, Hasyim mengabarkan, Shalih mengabarkan, dari Abu Imran, dari Abu al-Jald, ia berkata“Musa berkata “Tuhanku, bagaimana caraku bersyukur kepada-Mu, sedangkan nikmat terkecil yang Kau letakkan di sisiku, termasuk nikmat-nikmat-Mu yang tidak mungkin berbalas dengan semua amalku?”Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, Allah berfirman “Wahai Musa, sekarang ini kau sudah bersyukur kepada-Ku.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 85****Dalam beragama banyak hal yang perlu diperbincangkan, termasuk “syukur”. Allah berfirman QS. Ibrahim 7وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ, وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ“Dan ingatlah juga ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami tambah nikmat kalian, dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka sungguh azab-Ku sangat pedih.”Namun, banyak orang yang tidak tahu bagaimana seharusnya ekspresi syukur itu, karena kadar nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak mungkin diimbangi dengan semua amal baik kita. Belum lagi dosa yang semakin menjauhkan kita. Sampai Nabi Musa alaihissalam bingung bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah yang sedemikian banyak, bahkan yang terkecilnya saja tidak sanggup diimbangi oleh semua sinilah Allah menunjukkan kasih sayangNya. Salah satu nama-Nya al-Asmâ’ al Husnâ adalah, “al-Syakûr—Yang Maha Mensyukuri”, yaitu Allah mengapresiasi semua amal yang dilakukan hambaNya. Bahasa zaman sekarangnya, Allah itu Maha Mengapresiasi, dan menerima amal hamba-Nya, sekecil apapun itu. Dalam sebuah hadits diceritakan HR. Imam Muslimعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلي الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَاَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ، فَغَفَرَ اللهُ لَهُ“Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata “Suatu ketika ada laki-laki yang berjalan di sebuah jalan, ia menemukan dahan berduri lalu menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya menerima amalnya, kemudian Allah mengampuninya.”Dalam hadits di atas, ada kalimat, “syakarallahu lahu—Allah berterima kasih kepadanya,” yang mengindikasikan diterimanya amal laki-laki tersebut. Artinya, setiap kali ada hamba-Nya yang beramal, Allah akan berterima kasih dengan cara menerima amalnya. Dan, kisah di atas merupakan gambaran termudah dari sifat “al-Syakûr” pun harus tahu, bahwa kebingungan Sayyidina Musa adalah kebingungan yang bernilai tinggi. Kebingungan yang berasal dari ketaatan dan kesalehannya. Bukan kebingungan sembarangan. Karena tidak banyak orang yang memandang dirinya terlebih dahulu sebelum bersyukur. Mereka hanya bersyukur saja, tanpa repot mentafakkuri begitu melimpahnya nikmat Allah, yang jika dibahasakan tidak ada kalimat yang bisa melukiskan kebingungannya itu, Sayyidina Musa alaihissalam menampilkan penghambaannya. Karena ia tahu begitu banyak nikmat Allah di sekelilingnya, hingga ia merasa tak pantas “berterima kasih”. Jika yang terkecil saja masih terlalu besar andai ditimbang dengan semua amalnya, apalagi nikmat-Nya yang terbesar. Inilah yang dimaksud kebingungan yang berasal dari kesalehan, karena orang saleh terbiasa mengukur dirinya sendiri terlebih dahulu; apakah ia laik atau tidak. Oleh sebab itu, tidak sedikit para wali yang kebingungan dalam bersyukur, hingga sebagian dari mereka berdoaاللهمّ إِنَّكَ تَعْمَلُ عَجْزِي عَنْ مَوَاضِعِ شُكْرِكَ، فَاشْكُرْ نَفْسَكَ عَنِّي“Ya Allah, sungguh Kau mengetahui ketidak-mampuanku bersyukur sesuai dengan semua karunia-Mu, maka bersyukurlah pada DiriMu sendiri sebab ketidak-mampuanku itu.” Imam Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, Kitâb al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, Kairo Maktabah al-Khanji, tt, h. 71Akan tetapi, bukan berarti kita berhenti bersyukur. Kita harus tetap bersyukur atas nikmat-nikmat Allah. Jika kita berhenti bersyukur karena alasan di atas, artinya kita telah menyamakan diri kita dengan Nabi Musa; kita telah menyamakan kualitas kesalehan kita dengannya. Padahal, Nabi Musa, dalam kisah di atas, sedang mempersembahkan syukur dalam level tertingginya. Hadirnya perasaan “tak pantas” yang dirasakannya bukanlah rekayasa, dibuat-buat atau dipelajari, melainkan ketulusan rasa yang dihasilkan dari tafakkur diri dan sekitarnya. Paling tidak, kita bisa mensyukuri nikmat Allah dengan berusaha istiqamah mengingat-Nya di hati, lisan dan perbuatan; mengenali pemberian-Nya dan memanfaatkannya di jalan kebaikan, seperti yang dikatakan Imam Ibnu Mandhur, “’irfânul ihsân wa nasyruhu—syukur adalah mengetahui kebaikan dan menyebarkannya.” Imam Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad bin Mandhur al-Anshari, Lisân al-Arab, Kairo Darul Ma’arif, tt, juz 4, h. 2305. Dalam bahasa hadits dikatakan, “khairunnâs anfa’uhum linnâs—sebaik-baiknya mansuia adalah yang paling bermanfaat untuk lainnya.” Sebagai penutup, kita perlu menghayati doa Nabi Musa di bawah ini, karena bedoa juga termasuk bentuk syukur kepada Allah. Bila perlu, kita seringkan membaca doa di bawah iniاللَّهُمَّ لَيِّنْ قَلْبِي بِالتَّوْبَةِ، وَلَا تَجْعَلْ قَلْبِي قَاسِيًا كَالْحَجَرِ“Ya Allah, lunakkan hatiku dengan taubat, dan jangan jadikan hatiku mengeras seperti batu.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, 1992, h. 85Wallahu a’lam bish shawwab...Muhammad Afiq Zahara, alumnus PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.
ey7E. 9deooi1mda.pages.dev/609deooi1mda.pages.dev/1159deooi1mda.pages.dev/3539deooi1mda.pages.dev/2029deooi1mda.pages.dev/1659deooi1mda.pages.dev/2349deooi1mda.pages.dev/1759deooi1mda.pages.dev/1769deooi1mda.pages.dev/309
aku bersyukur pada allah atas nikmat darinya