CultureShock: Cause and Symptoms. East Bay: California State University Oberg, Kalervo. 2. Cultural Shock: Adjustment to New Cultural Environments. Redmond, Mark. 2015. Uncertainty Reduction Theory. Iowa: Iowa State University Rempel, Jonathan. 2011. Coping Strategies for Cultural Shock as Indicatior of Cultural Identity.
Study abroad Info Negara Tujuan Saat kuliah di negara-negara barat baca Inggris, Amerika, Kanada, Irlandia, Swedia, Belanda dan Selandia Baru, kamu pasti menemukan hal-hal yang tidak biasa. Beberapa diantaranya yang mengagetkan adalah 1. Ukuran baju kamu tiba-tiba menyusut Kalau biasanya di Indonesia kamu pakai ukuran M, L atau bahkan XL, di negara barat ukuran kamu turun drastis menjadi S atau bahkan XS! Banyak juga yang akhirnya memilih ke ukuran anak-anak 2. Toilet kering tanpa air Di Indonesia, setelah buang air kecil dan besar, sudah menjadi kebiasaan yang mengakar kita membersihkan diri dengan air. Namun di negara-negara barat, mereka membersihkan diri dengan tisu toilet. Jadi, kamu harus berusaha membiasakan diri dengan kebiasaan ini selama kuliah di luar negeri 3. Konsep cantik/tampan bukan lagi putih tapi gelapā Kalau di Indonesia, kamu dibilang sama teman eh kamu kok tambah hitam sihā, pasti kamu tersinggung. Pujian yang sering diharapkan dari teman atau pasangan adalah kamu tambah putih yaā. Tapi kalau kamu berada di negara-negara barat, terutama yang iklimnya dingin sekali, seperti Inggris, Irlandia, Swedia dan Kanada, berkulit sawo matang merupakan hal yang sangat eksotis. Dan kulit warna ini telah menjadi konsep kencantikan di negara barat. Jadi, kalau kamu belanja produk kecantikan, jangan kaget kamu tidak bisa menemukan produk kosmetik yang mengandung whitening, yang ada malah self tanningā. Karena hal ini pula, jangan memberikan pujian kepada mahasiswa dari negara barat kalau kulit mereka terlihat putih, karena mereka tidak suka terlihat putih pucat. You look so whiteā menjadi komentar haram. 4. Berat badan bukan hal pertama yang patut dikomentari Sudah menjadi hal yang lazim kalau bertemu teman setelah lama tidak jumpa atau melihat foto terbaru mereka di situs jejaring sosial, kita memberikan komentar tentang berat badan. Contohnya seperti ih tambah gemukanā, kamu kok kurusan sihā. Di negara barat, komentar ini dianggap sangat tidak sopan. Pada umumnya, pertanyaan yang bersifat personal/pribadi, menjadi what-not-to-do list kamu ketika kuliah di negara-negara barat, contoh lainnya adalah Are you married?ā Do you have children/husband/wife/girlfriend/boyfriend?ā How old are you?ā Whatās your religion?ā 5. Kurs mata uang membuat kamu kaget beberapa bulan pertama Biasanya di rumah, dengan uang 20rb kamu bisa makan semangkok bakso, jangan berharap dengan uang yang sama kamu bisa makan sepiring nasi di negara barat. Apalagi dengan mata uang Rupiah yang sedang bertarung saat ini Ā£1= Rp. ā¬1= Rp. US$1= CAN$1= Rp. AUS$1= Rp. NZ$1= Rp. Harga bubble tea/kopi di kota London antara Ā£2-Ā£3, sekitar Rp. 60rb an, harga sewa satu kamar seperti kos, antara Ā£400-800 Rp. 8-18 jt an. Hal-hal seperti ini harus diantisipasi sebelum kamu berangkat kuliah di negara barat, karena bisa membantu beradaptasi dengan cepat di tempat baru. 6. Sinar matahari tiba-tiba menjadi barang yang sangat berharga Di negara 4 musim, musim panas menjadi musim yang paling dinantikan. Di Indonesia, sepanjang tahun kita bisa melihat matahari. Di negara-negara Eropa, Kanada, dan Amerika Serikat, matahari sering tertutup mendung sepanjang minggu bahkan ada yang berbulan-bulan. Musim salju/dingin, matahari terbit antara jam 8-9 pagi, dan terbenam sekitar jam 3-4 sore waktu malam lebih lama. Ketika kamu berada di Indonesia, hal ini terdengar bagus, karena banyak dari kita tidak suka panas terik matahari. Namun, iklim yang seperti ini tidak bagus untuk mereka yang berkulit gelap. Kulit gelap hitam dan sawo matang memerlukan lebih banyak sinar matahari karena membutuhkan lebih banyak pigmen. Kalau kekurangan sinar matahari dan pro vitamin D, salah satu efek sampingnya adalah moody/depresi ketika musim dingin tiba. Untuk itu, mahasiswa Indonesia yang berada di negara-negara tersebut dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D3 dan segera berjemur ketika matahari sedang muncul, meskipun kurang dari 1 jam/sehari. 7. Tidak semua orang tersenyum dan perlu basa-basi untuk menunjukkan keramahan Bagi kita, tersenyum dan memulai pembicaraan dengan orang asing bukanlah hal yang aneh. Ketika kamu berada di salah satu negara barat tersebut, ada baiknya kamu mengenal orang tersebut dahulu. Ada negara-negara yang mendapatkan reputasi tidak humoris, seperti negara-negara Skandinavia Denmark,Norwegia, Swedia, dan Finlandia. 8. Bahasa Inggris yang kamu pelajari di Indonesia ternyata tidak ada apa-apanya Bahasa Inggris menjadi bahasa ketiga untuk mayoritas pelajar Indonesia, karena kita punya bahasa local Bahasa Bali, Batak, Jawa, Banjar, Papua, dll dan bahasa Indonesia. Untuk itu, banyak di antara mereka mengambil kursus selain yang diberikan di sekolah. Tidak jarang kita bergantung pada buku atau apa yang diberikan guru kita guru yang bukan penutur asli. Dan hal ini berdampak pada bahasa Inggris yang sangat formal. Ketika tiba di negara-negara berbahasa Inggris, ternyata banyak sekali istilah/ungkapan yang tidak pernah kita pelajari di Indonesia, contohnya How are you?ā menjadi How you doing?ā I have finishedā menjadi I am doneā atau I am all setā I love you so muchā menjadi I love you to bitsā Dan masih banyak sekali istilah-istilah yang jarang kita dengar sewaktu kita belajar di Indonesia. Belum lagi aksen yang kadang tidak kita pahami. Di Inggris, aksen yang sering kali susah dipahami adalah aksen Skotlandia, Wales dan Irlandia. Baca juga Apa itu Culture Shock dan bagaimana cara mengatasinya?
Theseries chronicles the adventures of the title character and his aquatic friends in the fictional underwater city of Bikini Bottom. Seri ini berlangsung di kota bawah laut fiksi bernama Bikini Bottom, dan berpusat pada petualangan SpongeBob. The original 1997 version of "Help Wanted" featured an opening with a different theme song.
- Apakah kamu pernah merasa cemas, bingung, dan frustrasi ketika masuk ke sekolah baru, kantor baru, atau lingkungan pergaulan yang baru? Jika iya, berarti kamu mungkin mengalami culture shock. Apa itu culture shock? Pengertian culture shock Culture shock atau gegar budaya adalah perasaan di mana seseorang merasa tertekan serta terkejut ketika berhadapan dengan lingkungan dan budaya yang mengalami gegar budaya, biasanya akan merasa cemas, bingung, frustasi. Sebab, dia kehilangan tanda, lambang, dan cara pergaulan sosial yang diketahuinya dari kultur asal. Aang Ridwan dalam buku Komunikasi Antarbudaya Mengubah Persepsi dan Sikap dalam Meningkatkan Kreativitas Manusia 2016, menjelaskan bahwa culture shock atau gegar budaya adalah kondisi saat seseorang mengalami goncangan mental dan jiwa, yang disebabkan adanya ketidaksiapan dalam menghadapi kebudayaan asing dan baru baginya. Baca juga Sikap dan Perilaku Menghadapi Perubahan Sosial BudayaKondisi tersebut menyebabkan seseorang stres, frustasi, gelisah, tidak percaya diri, hingga depresi. Contohnya, aktor Iqbaal Ramadhan dari Indonesia. Dia harus pindah ke Amerika untuk mengenyam pendidikan. Pergaulan dan gaya hidup di Amerika sangatlah bebas. Sementara di Indonesia ada norma dan aturan yang menjadi batasan pergaulan dan gaya hidup masyarakatnya. Sehingga hal ini membuatnya merasa terkejut dengan budaya Amerika. Cara mengatasi culture shock Berikut beberapa cara mengatasi culture shock atau gegar budaya Menyadari dan mengakui perasaan tidak nyaman Individu yang mengalami gegar budaya perlu menerima kenyataan, bahwa dirinya memang tidak mengetahui apa yang sedang dihadapinya.
Cultureshock atau gegar budaya adalah perasaan di mana seseorang merasa tertekan serta terkejut ketika berhadapan dengan lingkungan dan budaya baru. Seseorang yang mengalami gegar budaya, biasanya akan merasa cemas, bingung, frustasi. Sebab, dia kehilangan tanda, lambang, dan cara pergaulan sosial yang diketahuinya dari kultur asal.
3 Cepat dan efisien. Teknologi yang berkembang di luar negeri juga akan membuatmu culture shock. Kita ambil contoh negara Singapura, beberapa fasilitas umum seperti eskalator memiliki kecepatan gerak yang tinggi karena masyarakatnya yang cenderung bergerak dengan cepat. Begitu pula dengan kota kota industri di Eropa seperti Berlin atau Paris.
Subscribeto follow my life and adventures in California!My name: PuriOriginally from: Surabaya, IndonesiaCurrently living in: San Diego, CaliforniaLooking f
Gegarbudaya (cultural shock) dapat menimpa siapa saja. Saksikan pengalaman pekerja Amerika yang mengalami kaget karena perbedaan budaya saat bekerja di Alibaba ini: Sebagai pemilik gudang, Anda perlu mengenali penyebab, tanda, dan perawatan stres di tempat kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.
FaktaSeru. Ketika berpindah dari satu negara ke negara lain, tentu kita mengalami banyak perubahan drastis. Nah, perubahan-perubahan ini akan memunculkan 'shock therapy' yang harus dihadapi ketika berada di tempat baru. Perbedaan-perbedaan itu kerap terasa di dalam lingkungan sosial, umumnya di lingkungan sekolah atau kuliah.
Aj1Ex. 9deooi1mda.pages.dev/1969deooi1mda.pages.dev/3549deooi1mda.pages.dev/899deooi1mda.pages.dev/3019deooi1mda.pages.dev/3319deooi1mda.pages.dev/3309deooi1mda.pages.dev/429deooi1mda.pages.dev/2579deooi1mda.pages.dev/301
culture shock di amerika